Media Sosial: Tentang Media, atau Tentang Kita?

Kalau dilihat dari maraknya social media sekarang ini, ada hal positif dan negatif yang gue rasakan, baik untuk diri sendiri, maupun orang lain.

Dampak Bagi Diri Sendiri

Dampak Positif:

1. Gue jadi lebih ‘akrab’ dengan beberapa teman, yang dulu pas jaman kuliah maupun sekolah jarang banget ngobrol. Jadi tahu kesibukan dia, selucu apa dia, yang kadang kita gak tahu.

2. Lebih gak-gaptek. Dulu jaman sekolah, gue adalah sekuper-kupernya manusia yang gak mengenal teknologi, kecuali handphone. Boro-boro internet, buka komputer aja cuma ke bagian games dan klik Solitaire, atau mentok-mentok ngetik di microsoft word. Sekarang? WordPress pun menjadi teman dikala gundah. *halahh*

3. Informasi lebih cepat gue dapat dari media berita manapun, namun… dengan-tingkat-akurat-yang-tidak-terlalu-pakem. Bukan berarti tidak akurat seluruhnya loh, hanya kadang kebenarannya harus diuji dan ditunggu beberapa saat sampai ada pernyataan resmi. Misalnya, gue dengar ada kebakaran di mall Taman Anggrek di Jakarta beberapa waktu lalu. Orang-orang yang berada di lokasi langsung ambil foto ceprat-cepret, upload ke akun socmed-nya. Teman-temannya langsung memperoleh informasi terkini, namun pasti ada yang nanya “Serius nih?”. Dan hal ini akan berlanjut beberapa saat, sampai tak lama muncul pula berita terkait di media masyarakat yang akurat, seperti Radio, Berita di TV, maupun website media tertentu yang melaporkan dari lokasi kejadian, disertai pernyataan dari kepolisian misalnya.

Dampak Negatif:

1. Entah sejak berapa tahun yang lalu, mungkin sejak jaman Friendster, sepertinya gue menjadi salah satu orang yang Kepo. Kayaknya gak cuma gue doang yang pernah begini. Setidaknya pernah dong lihat-lihat profile teman, lihat infonya sekarang dia kerja dimana, in relationship sama siapa, lihat foto-fotonya yang lagi jalan-jalan ke luar negeri, atau setiap minggunya sang teman upload foto yang sedang clubbing sambil memegang gelas di tangan, tangan lainnya sibuk memeluk teman atau pasangannya yang juga memegang gelas maupun sebatang rokok. Yah, gue akui, gue pernah kepo melakukannya. Bermula dari iseng, dan ketika melihat jam ternyata gue sudah berdiam cukup lama di depan layar  komputer dengan beberapa halaman muka teman-teman gue yang lain. Iseng, atau KEPO??

2. Dampak negatif kedua, tidak jauh-jauh dari Kepo itu sendiri. Sering ga sih perhatikan recent updates di Blackberry Messenger (BBM) kita? Mungkin bagi kalian yang gak pakai Blackberry, coba aja perhatikan recent-updates di Facebook (gak tau apa sebutannya). Di sini kita juga bisa loh menilai seperti apa sih teman-teman kita. Ada yang update status ‘Lagi di… with…’ ini standar sih sebenarnya, tapi gue juga sering mikir, buat apa ya kasih tau orang lain kita lagi dimana, kayak penting banget gitu? (Iya donk, gue juga pernah melakukan itu!! statusnya “@ Baskin Robbin, get 50% discount. Ada yang mauuu??” —> Ini antara gue pamer sedang beli es krim diskonan, atau beneran nawarin orang?? Baik banget sihh gue ternyata! -__-” Namun, dibalik beragam status yang isinya begitu-begitu aja, pernah gak sih baca status yang isinya galauuu melulu, marah-marah melulu, mengeluhh melulu. Pengennya sih gak dibaca, tapi apa daya kalau tulisan itu muncul langsung di layar komputer. Gue pernah, dan hampir setiap gue membuka halaman Facebook atau recent updates BBM pasti ada hal-hal semacam ini. Ada nih teman gue, bukan teman dekat, isi statusnya sering banget marah-marah, memaki rekan kerja maupun bosnya. Dan gue pun berpikir, emangnya kalau marah-marah di socmed lalu para rekan kerja dan bosnya akan berubah jadi baik? Emangnya kalau marah-marah di socmed lalu akan melegakan hatinya yang sedang panas? Mungkin banget Iya, namun juga…Bisa jadi malah mempermalukan dirinya sendiri. Kalau gue pribadi menilai orang itu kurang kerjaan. “Lah, tiap hari marah-marah aje kerjaannya, kaga capek apa yak? Kalo emang udah ga suka sama temen kerja ato bosnya, kenapa ga quit aja. Kantor lain masih ada lowongan. Namanya kerja pasti ada masalah dan tantangan, jangan marah-marah dan mengeluh terus! Toh dia kerja dapet duit dari itu bos/kantornya juga. Jadi, duit yang dia terima kurang lebih mengandung ‘makian’ dirinya donk.” Ini sih menurut gue, gak tau kalo menurut orang lain 🙂

3. Dampak negatif selanjutnya adalah…Pekerjaan gue kadangkala jadi terbengkalai, lantaran gue kalau sudah senang akan sesuatu hal, maka gue pending dulu hal-hal lain yang sebenarnya penting juga. Contohnya, seperti saat ini, ketika ada ide di kepala untuk menulis blog, maka kerjaan yang lagi dikerjakan, gue pinggirkan sejenak dan mendekatkan papan laptop ke badan gue supaya lebih leluasa mengetik. Aha!

Dampak bagi orang lain

Dampak Positif:

1. Dapat menolong. Menolong apa saja, ada yang anak/keponakannya hilang, dengan kekuatan broadcast messages (BM), retweet (RT), dan share, dapat menemukan kembali anggota keluarganya yang hilang sehingga dapat berkumpul lagi. Dapat juga menolong orang yang sedang butuh sumbangan darah tertentu, dan masih banyak contoh pertolongan lainnya.

2. Informasi yang secepat kilat. Contoh: Hujan lebat mengakibatkan air sungai meluap dan mulai memanjiri beberapa titik ibukota, di antaranya bla…bla..bla.. Nah, jadi kan yang lagi mau bepergian tahu bahwa akan terjadi banjir jadi bisa menunda perjalanan maupun mencari alternatif lainnya. Namun sekali lagi, informasi dari social media memang harus dicek tingkat akurasinya.

Dampak Negatif:

1. Kepo. Kepo adalah level yang terlalu tinggi dari sebuah ‘Perhatian’ 🙂 Ini juga menurut gue. Hehehe… Terlalu perhatian, terlalu pengen tahu apa yang dilakukan, yah gitu deh jadinya…

2. Informasi yang tidak diketahui/dicek keakuratannya dan menyebar luas bagai virus influenza di musim pancaroba. Ini sangat sangat berbahaya dan berpotensi merugikan pihak tertentu. Informasi mudah didapatkan dari social media semacam Facebook dan Twitter, juga Broadcast Message Blackberry Messenger.

Contoh paling mudah gue ambil dari kisah nyata temannya koko gue.

Sebuah Broadcast Message gue terima dari teman sekolah, isinya tentang sebuah keluarga yang sedang jalan-jalan ke Mall Emporium Pluit, keluarga tersebut makan di restaurant, jadi sang anak yang masih balita dititipkan ke tempat bermain anak bersama dengan susternya. Singkat cerita, katanya si suster mencubit, memukul, dan berlaku kasar kepada sang anak majikan, dan terakhir sang anak minum sesuatu dari botol dan tak lama langsung tertidur. Hal ini secara sepihak disimpulkan oleh si pembuat Broadcast Message bahwa minuman tersebut adalah minuman yang dicampur obat tidur, karena kalau tidak mana mungkin anak yang sedang aktif bermain tak lama jatuh tertidur. Kemudian, sang suster (ditulis pula berwajah kejam dan seram) yang sedang memangku anak itu difoto oleh si pembuat Broadcast Message ini. Tersebarlah foto si suster dan anak ini. Bahkan, teman yang mengirimkan info ini ke gue pun memasang foto tersebut di profile picturenya Blackberry Messenger (padahal teman gue ini-pun tidak tahu kebenarannya).

Berita ini sampai di telinga teman koko gue, yang notabene adalah…PAPANYA ANAK ITU. Tentu saja dia shock banget, dan langsung ke Mall Emporium Pluit untuk minta diputar CCTV saat kejadian. Pihak mall pun setuju, dan bersama-sama memutar rekaman CCTV tersebut. Ada apa saudara? Ternyata TIDAK terjadi apa-apa yang buruk. Dia melihat si suster terus mengikuti anaknya kesana-kemari lari-larian. Tidak ada tuh adegan mencubit, memukul, menabok, dan perlakuan kasar lainnya. Memang ada bagian ketika sang anak minum dari botol dan langsung tertidur, namun itu dia yakini bukan obat tidur dan semacamnya, karena anaknya jika mengantuk memang cepat tidur jika dikasih susu. Teman koko gue merasa kasihan lah sama si suster, wong gak salah apa-apa kok difitnah, bahkan isunya sudah meluas sampai keluar negeri segala. Jika suster itu sudah tidak bekerja dan mau cari kerjaan di tempat lain, kan kasihan jika ditolak hanya karena orang-orang termakan isu yang tidak benar. Inilah yang gue maksud informasi yang tidak dicek kebenarannya, dapat merugikan pihak lain, contohnya ya suster ini.

Gue sendiri lebih memilih hanya membaca setiap broadcast message yang gue terima dan menutupnya (kecuali BM tentang jadwal film bioskop tahun depan). Tidak tertarik untuk meneruskannya ke list BBM gue lainnya, karena tidak tahu tingkat kebenarannya. Jika pun informasi  itu benar, silahkan orang lain saja yang memberitahu khayalak ramai mengenai kabar tersebut, karena buat apa? Toh dalam 1 hari gue bisa menerima 10 BM dengan isi yang sama, apa bedanya dengan teman-teman gue yang lain? Dan jika informasi itu salah, setidaknya gue tidak menjadi pihak yang ikut merugikan orang lain meskipun dengan cara tidak langsung.

Inilah kekuatan social media, kekuatan teknologi. Pilih dan pilah, apa yang sebaiknya dilakukan, dan apa yang tidak.

Smart phone, social media, smart technology, for smart you!

About neitneit

Call me Tien. It's simple and good enough.
This entry was posted in Her Daily News. Bookmark the permalink.

6 Responses to Media Sosial: Tentang Media, atau Tentang Kita?

  1. id@ says:

    tueee tueee, bener itu tien, informasi bagaikan kilat
    semua berasal dari 1 smartphone hahaa

    kalo yang kepo kyna semua orang dech tien hehe, liat2 FB mantan jg donk hahaa

  2. haha sama cee yg dampak negatif no.3 buat diri sendiri 😛 kl ada ide langsung ngeblog, kerjaan minggir sejenak deh 😛

  3. Stephanie says:

    update gambar baju jualan itu termasuk dampak positif/negatif, tien? :p

Leave a reply to princessoftea Cancel reply